Cerita Dayak Seberuang Tentang Kisah Penciptaan Alam Semesta ~ IMASIKA FMIPA UNTAN

Jumat, 17 Februari 2012

Cerita Dayak Seberuang Tentang Kisah Penciptaan Alam Semesta

Pada mulanya alam semesta ini hampa. Yang ada hanya Seutang-utang Sapung-apung, yang terapung-apung dan melayang-layang ke sana ke mari di angkasa raya. Setelah Seutang-utang, kemudian hiduplah Kilat Nempi dan Guntur Nempi. Kemudian hiduplah seorang manusia, nama orang itu adalah Nyuk. Nyuk lahir dari tetesan embun yang dalam istilahnya jatuk ri trutuk ujang sayang.
Nyuk tinggal di Khayangan atau negeri Awan karena pada saat itu bbelum ada tanah sebagai tempat tinggal. Nyuk terkena penyakit bisul pada paha kiri dan paha kanannya. Anehnya setelah bisul pecah, keluarlah manusia. Yang sebelah kanan keluar manusia laki-laki dan yang sebelah kiri keluar manusia perempuan. Lalu manusia laki-laki itu diberi nama Pukat Bengawan, sedangkan yang perempuan diberi nama Sabung Mengulur. Pukat Bengawan dan Sabung Mengulur kemudian menikah. Mereka mempunyai tujuh orang anak yaitu :
  1. Puyang Gana
  2. Suluh Dai
  3. Belang Pinggang
  4. Gentang Temanai
  5. Bukuk Labuk
  6. Buinasi
  7. Putung Kempat / Putung Pandak
Puyang Gana lahir dengan bentuk yang sangat aneh. Badannya seperti buah Labu tidak punya tangan dan kami. Dia berjalan dengan cara menggelinding seperti bola. 
Pada suatu hari, setelah dewasa, Puyang Gana memasang belantik. Belum beberapa lama dipasang, belantik itu pun mengena seekor landak. Landak itu tidak langsung mati tetapi masih bisa lari dengan meninggalkan tetesan darah di sepanjang jalan yang ia lewati.
Puyang Gana pun berjalan mengikuti tetesan darah yang ditinggalkan oleh landak itu. Tanpa terasa, ia sudah berjalan cukup jauh. Tetesan darah itu terus masuk ke dalam sebuah gua. Tanpa peduli, Puyang Gana pun terus mengikutinya dan masuk ke dalam gua. Suasana di dlam gua terang-benderang. Ia melihat ada rumah orang dan tetesan darah tersebut sampai ke dalam rumah. Tanpa pikir panjang, Puyang Gana pun mendekati tumah itu.
Tuan rumah yang sedari tadi  sudah melihat ada orang yang mendekati rumahnya langsung menyapa, "Ada perlu apa ke sini?"
"Saya mengikuti tetesan darah landak yang kena belantik saya", jawab Puyang Gana. "Silahkan masuk, " kata si pemilik rumah. Setelah dipersilahkan duduk, tuan rummah itu menanggapi cerita Puyang Gana. "Kalau itu yang Tuan cari, dia ada di dapur, itu kucing kami, ""jawab tuan rumah. Ternyata tuan rumah itu bernama Raja Sua. Raja Sua mempunyai anak gadis bernama Dayang Rejak. Alkisah, Puyang Gana pun menikah dengan Dayang Rejak.
Sementara, di rumah orang tua Puyang Gana, lahirlah adik mereka yang nomor enam. Anak ini juga aneh karena dimulutnya membawa sekepal nasi . Karena itu, ia diberi nama Buinasi.
Setelah beberapa tinggal dirumah mertuanya, Puyang Gana pun pulang dengan maksud untuk meminta bagian harta. Tapi malang nasib Puyang Gana karena adik-adiknya tidak mengenal dia karena Puyang Gana sudah berubah tidak seperti dulu lagi. Raja Sua sudah mengubah bentuk Puyang gana. Sekarang ia sudah mempunyai tangan dan kaki seperti manusia biasa. Tapi Puyang Gana masih aneh dari orang kebanyakan karena punggungnya tumbuh rajang (sejenis anggrek hutan).
Adik-adiknya tidak mau membagi harta kepada Puyang Gana. Mereka berkata, "Kamu bukan abang kami, kami tidak mempunyai abang seperti kamu." Lalu salah satu dari mereka melempar sebongkah tanah dapur kepada Puyang Gana sambil berkata, "Ini bagianmu, ambillah!!" "Terima kasih, ini lebih dari cukup, "jawab Puyang Gana dengan raut muka sedih.
Setelah itu ia pun pulang. Supaya tanah itu  menjadi sempurna, ia memanggil kawannya, yaitu Segugah untuk menempa tanah. Dialah ahlinya. Setelah tanah itu ditempa, kemudian Puyang gana memanggil Segugit untuk menempa langit. Ia juga memanggil Segentu untuk menempa kayu. Setelah itu, sempurnalah alam semesta ini sebagai tempat tinggal manusia.
Sementara itu, di rumah orang tuanya, Buinasi menangis terus minta nasi karena nasi yang ada di mulutnya sudah habis. Maka dengan terpaksa, bapak mereka meleburkan diri menjadi segala macam bibit tanaman yang lain. Sedangkan Ibu mereka masuk ke dalam tanah dan menjadi emas. Agar bisa menghasilkan beras maka mereka sepakat untuk membuat ladang.
Milailah mereka menebas tujuh buah bukit dan tujuh lembah. Setelah dirasa cukup, mereka berhenti dan pulang ke rumah untuk istirahat. Keesokan harinya, mereka pergi lagi melihat ladang. Tetapi alangkah terkejutnya mereka karena kayu-kayu yang telah ditebang kemarin berdiri lagi. Walaupun demikian, mereka tidak jera. Mereka pun mulai menebas dan menebangnya kebali. Seperti kemarin, setelah mereka merasa cukup, mereka pun pulang. Esok harinya, mereka pergi lagi. Untuk yang kedua kalinya  mereka terkejut lagi karena peristiwa kemarin terulang kembali.
Peristiwa ini terus terulang sampai tujuh kali dan akhirnya mereka tidak tahan. Mereka sepakat bahwa ladang harus ditunggu untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Mereka menunjuk Buinasi untuk mengunggu ladang sedangkan yang lain pulang ke rumah. Buinasi bersiap-siap menyaksikan apa sebenarnya yang terjadi. Setelah tihari menunggu, buinasi tidak melihat apa-apa. Akhirnya pada hari keempat, sore hari  menjelang malam, tiba-tiba Buinasi terkejut melihat sesosok  orang yang datang masuk ke ladang mereka. Orang itu kelihatan aneh. Badannya tinggi besar, bertongkatkan pohon mawang (buah asam hutan), baju renyu (lebah hutan), ikat pinggangnya ular sawah pendek, bersugikan beluduk (sejenis ikan gabus), tombaknya seekor buaya, di belakangnnya ditumbuhi rajang (anggrek hutan). Tampangnya sangat menyeramkan. Orang itu berseru dengan suara lantang, "Ngas merangas berdiri segala raras, "maka berdirilah semua kayu yang sudah mereka tebang dan menjadi hutan kembali.
Buinasi yang sedari tadi memperhatikan segala kejadian dari jauh mulai beranjak mendekati Puyang Gana. Dengan geram ia berkata, "Haiii... Siapa kamu...??? Ternyata kamu yang melakukan ini semua. Kami dengan susah payah menebang hutan ini, Kamu malah mengembalikan hutan ini seperti semula. Apa sebenarnya maksud Saudara...????" kata Buinasi. Orang aneh itu pun menjawab, "Nama saya Puyang Gana, tanah ini milik  saya. Tidak boleh orang lain menggunakan tanah ini tanpa izin dari saya, "katanya.
Mendengar itu, mengertilah Buinasi mengapa selama ini mereka selalu gagal membuat ladang. Tapi Buinasi penasaran, dan bertanya, "Bagaimana Kamu bisa mengatakan bahwa tanah ini milikmu...???" "Begini ceritanya, "kata Puyang Gana, "Pada waktu itu saya datang meminta bagian warisan kepada kalian, kalian hanya memberi saya tanah dapur. Inilah tanah dapur yang kalian berikan kepada saya dulu." Ternyata Puyang gana tahu bahwa mereka itu adalah adik-adiknya.
Buinasi kembali bertanya, "Jadi bagaimana kalau kami mau membuat ladang di sini...??" "Kalian harus minta kepada saya dengan membawa persembahan, yaitu padi tujuh tibang (nama tempat penyimpan padi), beras tujuh bening (tempayan), babi tujuh kandang, ayam tujuh gelanggang (kandang), besi tujuh rumang (batang), cucuk belantuk tawang, rimpik salai seluang, panggang manuk denang. Selain itu ditambah lagi jenis kue, yaitu tepung atau tumpik (sejenis cucur), kelamai (tepung beras dibuat bulat-bulat dimasak dengan air santan dan dicampur gula), sagun (tepung beras digonseng dan diberi kelapa dan gula). "Wah kalau begitu kami tidak mampu, terlalu berat bagi kami, "kata Buinasi. "Tidak berat, "kata Puyang Gana. Itu hanya syarat saja, tidak perlu yang sebenarnya, buat saja yang kecil-kecil sebagai lambang. Kalau sudah sampai ke kami, itu banyak, "jawab Puyang gana. Setelah mendengar itu, Buinasi pun pulang dan menceritakan semua kejadian yang ia alami kepada saudaranya. 

Berdasarkan cerita inilah maka setiap masyarakat Seberuang ketika hendak membuat ladang harus meminta tanah kepada Puyang Gana karena ialah yang mempunya  tanah dan alam semesta ini.
Menurut cerita, dari ketujuh kakak beradik ini sehingga alam semesta ini menjadi sempurna. Puyang Gana menjadi makhluk halus. Suluh Dai dan Gentang Temanai menjadi segala binatang, Bukuk Labuk menjadi segala macam bibit tanaman sama dengan ayah mereka. Belang Pinggang menurunkan orang-orang Barat, Buinasi menurunkan oorang-orang Dayak sedangkan Putung Kempat menurunkan orang-orang Melayu.

Tidak ada komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More